PLTS Atap/energitransformasi.id
ENERGITRANSFORMASI, JAKARTA - Pertumbuhan transisi energi di tanah air di nilai masih belum signifikan. Tentu saja, keseriusan Indonesia terkait transisi energi salah satunya di sektor pembangkit listrik tenaga listrik (PLTS), dinilai masih lambat dan cenderung belum adanya ketegasan, seperti yang disampaikan Ketua Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (Apamsi) Linus Andor Mulana Sijabat.
Linus menyebut bahwa, pemerintah sejak 2013 sampai dengan saat ini belum tegas terkait kebijakan akan panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Sampai dengan sekarang ini kebijakan pemerintah maju mundur semenjak 2013 tentang panel surya, sampai sekarang kelihatanya belum stabil ke mana," ujar Linus, dilansir dari warta kota, Kamis (2/3/2023).
Lebih jauh, Linus menjelaskan, kemungkinan alasan sebagai kompetitor energi fosil, PLTS akhirnya pertumbuhannya tidak stabil. Yang mana dia mencotohkan, justru di beberapa negara PLTS tumbuh berdampingan dan tidak dianggap sebagai kompetitor
"Mudah-mudahan dengan event (Smart Energy Indonesia 2023) ini menjadi masukan bagi kita semua bahwa kita tidak perlu khawatir dengan PLTS," ujarnya.
Dia mengatakan, bahwa mau tidak mau dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun ke depan 20 persen dari energi listrik akan berasal dari PLTS.
"Semua expert dan negara di dunia sudah mengerti itu dan saya kira memang keterbelakangan kita yang baru 0,1 persen dari PLTS mudah-mudahan bisa menjadi masukan kepada pemegang regulasi dan pelaku usaha untuk dapat lebih serius terhadap pengembangan PLTS ini," pungkasnya.
