Ilustrasi Pompa Bensin/pixabay
ENERGITRANSFORMASI, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian ESDM menyampaikan, realisasi subsidi energi di tahun 2022 sebesar Rp 157,6 triliun. Capaian subsidi energy yang dicapai ini dinilai masih lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar Rp 211,1 triliun, walaupun menjadi nominal tertinggi sejak tahun 2015.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, penurunan subsidi energi ini terutama karena turunnya realisasi subsidi BBM. Hal itu terjadi karena harga minyak mentah mengalami penurunan.
"Ini terutama penurunan ini kita lihat di BBM dan LPG tidak separah seperti yang kita perkirakan sebelumnya karena adanya di 2022 ini asumsi crude yang tadinya tinggi ternyata menjelang kuartal-kuartal III itu terjadi penurunan harga komoditi migas," kata Arifin beberapa waktu lalu.
Nilai subsidi energi sebesar Rp 157,6 triliun tersebut, dalam paparan Arifin terdiri dari Rp 97,8 triliun untuk subsidi BBM dan LPG, dan sebanyak Rp 59,8 triliun untuk subsidi listrik.
"Kemudian di sektor kelistrikan ini bisa kita jaga, dengan program DMO, kemudian program harga gas untuk kelistrikan yang US$ 6," katanya.
Subsidi energi untuk tahun ini diperkirakan masih besar yakni mencapai Rp 209,9 triliun. Subsidi ini terdiri subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 139,4 triliun, dan subsidi listrik sebesar Rp 70,5 triliun.
Menurut Arifin, hal itu dipicu oleh masalah pasokan imbas konflik Rusia dan Ukraina. Serta meningkatnya permintaan karena pulihnya ekonomi di sejumlah negara.
"Dan kemungkinan juga peningkatan kebutuhan demand di China dan juga beberapa negara lainnya," ujarnya.