Ilustrasi pipa gas (Foto Pixabay)
ENERGITRANSFORMASI, SEMARANG - Pemerintah terus melakukan pembangunan di sektor energi yang diketahui menopang perekonomian. Pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur gas bumi Semarang-Kendal jalur pipa Mangkang menuju Kawasan Industri Kendal (KIK) terus dikebut.
Diketahui jalur distribusi pembangunan pipa mencapai jarak 11 km, yang mana sumber gas berasal dari PEPC Jambaran Tiung Biru untuk kebutuhan industri, pelanggan rumah tangga, dan UMKM.
Dilansir dari KompasTV, pembangunan dimulai dengan first welding atau pengelasan pertama pipa distribusi di depan SPPBG Mangkang menuju KIK. Pembangunan pipa distribusi sejauh 8 km ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menyediakan energi bersih bagi industri dan rumah tangga, serta mendukung utilisasi pipa Cisem transmisi Cirebon-Semarang yang dibangun pemerintah.
Pembangunan pipa distribusi ini memiliki diameter 8 inchi dengan kapasitas angkut gas sebesar 13 mmscfd yang bersumber dari PEPC Jambaran Tiung Biru. Selanjutnya pipa akan disambung lagi dengan pipa kecil sepanjang 3 km masuk ke KIK.
Pada tahap awal nanti, gas bumi di KIK akan diserap oleh tujuh pelanggan industri dengan kebutuhan kurang lebih 3,4 hingga 4 bbtud. Tidak hanya kawasan industri, kebutuhan gas sebesar 40 mmscfd juga akan dipasok untuk kebutuhan pelanggan rumah tangga dan UMKM di Jawa Tengah dan DIY. Hal ini disampaikan oleh Achmad Muchtasyar, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Pangan.
"Pipa distribusi itu adalah pipa yang menghubungkan dari pipa transmisi yang besar ke pelanggan-pelanggan yang masuk ke dalam wilayah," kata Achmad Muchtasyar.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, mendukung langkah perusahaan gas negara membangun infrastruktur gas bumi di Jawa Tengah.
"Dengan adanya jaringan pipa gas bumi ini, diharapkan bisa menarik investor menanamkan investasinya di industri di Jawa Tengah. Pembangunan pipa gas bumi di Semarang-Kendal ini juga dapat memicu pertumbuhan ekonomi di daerah lain, serta untuk mengurangi pemakaian LPG," ujarnya.
Angka Serapan
Dalam laporan yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tercatat serapan gas untuk kebutuhan domestik hingga Juli 2022 mencapai 3.716BBTUD atau 68,66%. Angka ini terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
“Produksi gas kita sudah sebagian besar dipakai untuk kebutuhan domestik yaitu 68,66%. Itu membalik kondisi beberapa tahun lalu di mana sebagian besar untuk ekspor. Sekarang 2/3 produksi gas untuk nasional,” ungkap Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji di Jakarta, dalam suatu kesempatan.
Lebih jauh dia memaparkan, pemanfaatan gas untuk domestik ini didominasi untuk memenuhi kebutuhan sektor industri sebesar 29,2%, pupuk 13,49%, kelistrikan 11,62%, domestik LNG 8,47%, lifting 3,48%, domestik LPG 1,51% dan gas kota 0,19%, serta BBG 0,08%. Sedangkan untuk ekspor gas mencapai 1.697 BBTUD atau 31,34% yaitu ekspor LNG 19,58% dan ekspor gas pipa 11,77%.
“Pemanfaatan gas untuk industri hampir 30%. Kita dorong terus supaya industri kita semakin tumbuh,” kata Tutuka, dilansir dari laman esdm.
Peningkatan pemanfaatan gas dalam negeri ini untuk mendukung industri dalam negeri agar lebih bersaing.
Terkait hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Berdasarkan aturan tersebut, terdapat tujuh bidang yang mendapatkan harga gas bumi tertentu sebesar US$6 per MMBTU yaitu industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet.
Potensi gas Indonesia hingga saat ini cukup menjanjikan dengan cadangan terbukti sekitar 41,62 TCF. Meski cadangannya tidak signifikan dibandingkan cadangan dunia, Indonesia masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi yang ditawarkan kepada investor.
Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022-2030, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1715 MMSCFD yang berasal dari beberapa proyek potensial.
Saat ini terdapat empat proyek migas yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yaitu Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), Abadi Masela, Jambaran Tiung Biru (JTB) dan Tangguh Train 3. Pemerintah mengharapkan produksi gas tidak hanya berasal dari proyek-proyek yang masuk PSN tersebut, tetapi juga lapangan lainnya seperti Andaman.