Foto Prodia selenggarakan Pertemuan CEO membahas keamanan siber |
ENERGITRANSFORMASI –
Pada Mei 2017 lalu, dua layanan kesehatan di Jakarta menjadi korban serangan
siber ransomware WannaCry, yang menargetkan data-data rumah sakit yang bersifat
rahasia dan pribadi, dari data transaksi hingga rekam medis pasien. Selain itu,
beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia sempat dihebohkan dengan isu kebocoran
data pribadi yang terjadi di beberapa platform digital. Dalam merespon
permasalahan ini, pemerintah turun tangan dengan menyusun Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2022 tentang
Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang sudah disahkan
oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Oktober 2022. Untuk mengoptimalkan penerapan
undang-undang ini, diperlukan keterlibatan berbagai elemen dan partisipasi
industri untuk memberikan sosialisasi secara merata kepada masyarakat. Proteksi
data juga menjadi pivotal bagi pengembangan ekosistem kesehatan.
Pertemuan yang digagas Prodia beberapa waktu lalu dengan
sejumlah CEO ini, diharapkan dapat menjadi momentum sinergi untuk membangun
sistem dan infrastruktur digitalisasi layanan kesehatan Indonesia yang aman.
Seiring dengan perkembangan digitalisasi di industri
kesehatan, PT Prodia Widyahusada Tbk. (kode saham: PRDA) menggelar pertemuan
dengan sejumlah Chief Executive Officer (CEO) untuk membahas pentingnya menjaga
keamanan siber di industri layanan kesehatan. Pertemuan dibuka oleh Dewi
Muliaty selaku Direktur Utama Prodia, yang menyampaikan apresiasinya atas
dukungan peran pemimpin perusahaan untuk bersama-sama menjaga dan meningkatkan
keamanan siber industri layanan kesehatan.
“The importance of cyber security in healthcare adalah
topik krusial untuk diangkat karena cyber security ini sangat penting,
bagaimana menjaga data yang dimiliki secara berhati-hati. Banyak hal yang perlu
dipelajari dan bisa dibagikan melalui pemaparan materi dari para narasumber
terkait cyber security ini. Prodia sebagai lab test provider tentu ingin
menjadi penyedia pemeriksaan laboratorium yang terpercaya,” ujar Dewi.
“Reputasi yang kami miliki harus dijaga dengan baik,
salah satunya adalah dengan menjaga keamanan data. Semua yang hadir dalam
pertemuan terbatas ini adalah bagian dari si DIA yang bergabung dengan Prodia.
Kami mau menjadi perusahaan yang terpercaya dalam hal pengamanan data,
interaksi data, atau traffic data satu sama lain, dan mengharapkan adanya
kesadaran bahwa dengan memahami cyber security, kita bisa saling menjaga data.
Mengingat hal yang paling utama yang perlu kita lakukan dalam menjalankan
bisnis adalah bagaimana melayani pelanggan dengan aman”, ujar Dewi,” lanjutnya.
Ahmad Ibrahim selaku Governance, Risk and
Compliance-Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, memaparkan pentingnya untuk membangun fondasi infrastruktur IT dan
Digital yang aman. Ahmad menjelaskan peningkatan keamanan siber khususnya di
dunia telemedicine merupakan langkah penting sebagai antisipasi insiden
keamanan siber.
Penanganan insiden keamanan siber adalah upaya untuk
mendeteksi, melaporkan, menilai, menangani dan menanggapi serta mempelajari
dunia maya insiden keamanan. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung operasional
sistem digital layanan kesehatan yang terintegrasi agar tetap terjamin
kerahasiaan dan keamanannya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yakin sinergisme
yang konsisten dan selalu waspada antara pemerintah pusat dengan sejumlah
layanan kesehatan, diharapkan dapat membendung segala bentuk ancaman siber yang
potensial di ekosistem kesehatan Indonesia.
Cyber Security Associate Director Deloitte Indonesia,
Hendro, turut pula hadir dan memberikan pemaparan dalam pertemuan. Beliau
menjelaskan bagaimana lanskap layanan kesehatan konvensional dan digital di
Indonesia serta peluang ancaman dan gangguan siber yang dapat terjadi di
industri layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan mulai bergerak ke bidang transformasi
digital, untuk mempermudah pasien dalam mengakses jasa kesehatan dimanapun
mereka berada. Peningkatan adopsi pada pelayanan jasa kesehatan di bidang
teknologi juga sudah sangat terlihat dimana sekitar 80% layanan kesehatan akan
melanjutkan road technology map.
Hendro melihat Indonesia memiliki potensi pasar yang
besar untuk mengembangkan digitalisasi layanan kesehatan di ranah regional dan
internasional. Namun sejumlah risiko dan gangguan yang timbul, dapat menjadi
ancaman yang dapat membahayakan keberlangsungan industri kesehatan.
Digital Service Transformation & IT Director PT
Prodia Widyahusada Tbk, Andri Hidayat, mengatakan bahwa pertemuan ini membahas
secara holistik mengenai potensi ancaman keamanan siber di layanan kesehatan
hingga solusi dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah ancaman
tersebut.
“Prodia berkaca pada sejumlah kasus serangan siber dan
kebocoran data pribadi pelanggan yang terjadi di Indonesia beberapa tahun
terakhir. Pertemuan ini membuka wawasan kita mengenai potensi serangan siber
yang semakin canggih dan beragam jenisnya, serta mitigasi yang dapat dilakukan.
Tentunya pertemuan ini juga menjadi wadah diskusi bersama sejumlah CEO yang
hadir, dalam upaya melindungi infrastruktur IT dan digital pelaku bisnis di
Indonesia dari segala bentuk ancaman siber,” pungkas Andri.