ENERGITRANSFORMASI
- Pulau Lombok adalah kawasan yang memiliki
destinasi super prioritas nasional. Lombok memiliki daya tarik pesona pantai
hingga keindahan bawah laut yang memukau. Keindahan serta keramahan penduduknya
mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, untuk mengunjungi berbagai
destinasi wisata.
Namun, terkenalnya
Lombok sebagai tujuan wisata seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, hal ini
menguntungkan bagi pemerintah daerah juga masyarakatnya, karena menjadi pemasukan daerah.
Namun, di sisi lain ketidaksiapan pengelolaan wisata seperti pengelolaan sampah
di tempat destinasi wisata membuat permasalahan baru, yaitu tidak terkelolanya
sampah dengan baik sehingga mengurangi keindahan alam Pulau Lombok.
Pada tahun 2021
saja, salah satu pantai yang ramai pengunjung di Lomok, Pantai Senggigi mampu menghasilkan
1,4 ton sampah per hari. Data Dinas Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Barat (NTB)
mengungkapkan produksi sampah di Provinsi NTB mencapai 3.388 ton per hari!
Jumlah ini hampir setengah dari produksi sampah di Bantar Gebang, Bekasi yang
menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbesar di Asia Tenggara yakni 7.400 ton
setiap harinya.
Sebagai salah satu
bentuk kepedulian, Yayasan Aksi Lestari Indonesia (Ddorocare) membuat suatu
program agar masyarakat dan stakeholder dapat bersinergi dalam menangani masalah
sampah di destinasi wisata melakui kegiatan Bersih-Bersih Pantai (BERANTAI).
BERANTAI dipilih sebagai nama kegiatan dengan melihat fakta bahwa permasalahan
sampah merupakan sebuah mata rantai masalah yang saling berhubungan.
Maka dari itu
mengatasinya pun harus bersama-sama. Sampah dari daratan yang berakhir di laut
dan pantai membuat alam tercemar, ekosistem terganggu, menyebabkan krisis
iklim, menghilangkan nilai estetika alam, dan berakibat pada perekonomian
masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata menjadi tidak stabil.
Aksi BERANTAI ini
dimulai dari Pantai Selong Belanak, Loang Balok, Gading, Labuhan Haji, Tanjung
Luar, Senggigi, Kecinan, Nipah, Sekotong, hingga di Pantai Kuta Mandalika
sebagai penutup pada Minggu (20/11). Puluhan orang turut serta menjadi relawan,
hingga dapat mengumpulkan 458,64 kg sampah di pesisir pantai. Sampah-sampah
tersebut dikategorikan menjadi 6 jenis yaitu plastik sekali pakai, plastik daur
ulang, karet, tekstil, kaca, dan B3 (Barang Berbahaya dan Beracun).
“Diharapkan dengan
kegiatan seperti ini masyarakat tidak hanya ikut melakukan clean up di pantai
kami. Tetapi juga dapat mengedukasi masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan
sampah” kata Abdul Majid, perwakilan anggota DPRD Lombok Barat saat ikut
BERANTAI Pantai Nambung.
Mayoritas dari sampah yang ditemukan merupakan plastik sekali pakai yang terdiri dari kantong/kemasan plastik, botol plastik, styrofoam (polistirena), dan sedotan plastik. Kemudian dilakukan pemilahan dan audit dengan aplikasi yang khusus dibuat oleh Ddorocare terhadap sampah tersebut. Sedikitnya di pantai Labuhan Haji saja ditemukan ribuan barang, dari 252 kemasan plastik produk berbeda melalui 247 perusahaan, baik lokal, nasional dan internasional.
Dilakukan juga
penggalangan untuk penandatanganan petisi dalam mendukung pengelolaan sampah
destinasi wisata di NTB. Tercatat lebih dari 500 orang melakukan tanda tangan,
baik secara luring maupun daring dalam perumusan policy brief. Melalui BERANTAI
ditaksir seribu orang terdampak langsung dalam kampanye tersebut di 10 titik
wisata yang dikunjungi.
Diharapkan melalui
gerakan kecil ini, dapat menyadarkan warga, masyarakat, wisatawan hingga
pemerintah, untuk bersama-sama mendukung gerakan Destinasi Wisata Lombok Minim
Sampah, Mendorong pemerintah untuk memperkuat implementasi kebijakan
pengelolaan sampah yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota di NTB pada destinasi wisata yang meliputi: pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Sehingga keindahan
alam yang ada dapat lestari dan terus bisa dinikmati sampai anak cucu nanti.
“Bertempur dengan sampah harus dengan hati,
kalau tidak maka siap-siap akan sakit hati," tutup Julmansyah, Kepala
Dinas Lingkungan Hidup NTB.