|
PLTS yang dikerjakan oleh PT Jasa Tirta Energi di Papua. |
ENERGITRANSFORMASI – Pemerintah
telah melakukan upaya dalam rangka konversi energy dalam pengadaan energy bersih
di tanah air. Namun seperti diketahui, program yang telah digembar-gemborkan
sejak pemerintahan SBY, seakan jalan ditempat dalam prosesnya. Tarik ulur
kebijakan tentu saja terjadi, salah satu penyebabnya alsan tentang mahalnya energy
terbarukan.
Berbicara mengenai biaya aplikasi energy terbarukan diakui
memang masih cukup mahal jika dibandingkan dengan penggunaan Batu bara dan sejenisnya.
Namun, murahnya harga bukan menjadi alasan tepat jika melihat kondisi alam
hingga ekspektasi pengadaan energy di masa mendatang.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini diakui
harga listrik dengan energi baru terbarukan belum murah. Namun penurunan biaya
telah terlihat selama beberapa waktu terakhir.
Sebagai contoh, pembangkit tenaga surya
misalnya. Tanpa baterai, harga listrik dari pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS) telah turun drastis sejak tahun 2015. Di tahun 2015 harga listrik PLTS
sebesar US$ 25 sen per kwh, kini turun sampai ke US$ 3,8 sen per kwh.
"Memang di masa lalu harga EBT sangat mahal,
kita cek kontrak PLN di tahun 2015, harga tenaga surya masih sekitar US$ 25 sen
per kwh di 2015. 2017 turun US$ 10 sen per kwh, tahun 2020 akhir sudah dekati
US$ 3,8 sen," ungkap Darmawan dalam konferensi pers ETWG G20, Kamis
(24/3/2022), dikutip dari detik.com.
Bila dilihat dari PLTS dengan penggunaan baterai di tahun 2015 harganya mencapai US$ 50 sen per kwh. Namun kini sudah turun mendekati US$ 12-13 sen per kwh.
"Belum murah memang, cuma ada pengurangan 80% selama lima tahun. Bila tren ini berlanjut di 5 tahun mendatang, tentu kita melihat bahwa cost renewable energy makin turun. Inovasi pun berjalan cepat," papar Darmawan.
Sebagai perbandingan, Darmawan membandingkan harga listrik PLTS dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). PLTD menggunakan mesin diesel yang tenaganya menggunakan bahan bakar minyak.
Di PLTD harga listrik sebesar US$ 28 sen per kwh, itu pun dengan asumsi minyak US$ 63 per barel. Bila mau disesuaikan dengan harga minyak dunia yang sudah menyentuh US$ 100 per barel lebih maka jelas akan lebih mahal.
Jika dihitung-hitung, harga PLTS dengan baterai totalnya mencapai US$ 17-18 sen. Itu sudah ditotal dari harga listrik yang disimpan di baterai sebesar US$ 12 sen per kwh plus generator sebesar US$ 5-6 sen per kwh.
Darmawan menyimpulkan harga listrik PLTS yang merupakan energi baru terbarukan lebih murah daripada PLTD yang merupakan energi fosil.
"Apakah energi baru terbarukan, misalnya PLTS dengan baterai murah? Memang belum murah. Namun itu yang digantikan sampai US$ 28-30 sen, diimpor pula itu kan energinya PLTD. Jadi di sini kita gantikan energi yang impor diganti ke yang domestik, yang fosil jadi renewable, yang mahal jadi murah," pungkasnya.