Varian tanaman Kaktus |
ETI-ID - Sering gagalnya pecinta tanaman saat membudidayakan kaktus atau sukulen adalah karena mereka menerapkan kebiasaan yang salah.
Pemilik Wydplants Muhammad Habib Widyawan menyatakan bahwa sukulen dan kaktus ciri utamanya adalah tanaman yang tidak membutuhkan banyak air.
"Banyak yang mengeluh mereka gagal saat menanam kaktus atau sukulen. Karena cara merawat kaktus dan sukulen berlawanan dengan kebiasaan orang Indonesia. Kalau orang Indonesia kan hobbinya menyiram. Beda kalau sukulen atau kaktis, mereka tidak suka kalau terlalu becek," kata Habib saat dihubungi, Selasa (20/4/2021).
Ia menjelaskan dalam budidaya kaktus dan sukulen ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu penyinaran, penyiraman, suhu, media tanam serta hama dan penyakit.
"Kunci budidaya sukulen dan kaktus itu pada media tanamnya. Karena jika perakarannya bagus maka tanaman akan bisa mengakses makanan secara baik dan pertumbuhan tanaman akan baik. Faktor yang lain nanti akan mengikuti," ujar Dosen Agronomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini.
Karena itu, lanjutnya, sejak 2010 ia memilih untuk membuat media tanam sendiri.
"Kalau untuk kaktus dan sukulen itu harus poros media tanamnya. Caranya dengan menambahkan pasir vulkanik yang berwarna hitam atau menggunakan batu apung. Pasir vulkanik atau batu apung itu akan membantu tingkat porositas media tanam," tuturnya.
Kendala berikutnya yang dihadapi para pembudidaya kaktus dan sukulen adalah mengenai perbanyakan.
Pemilik Wydplants Muhammad Habib Widyawan |
"Banyak fenomena yang menyebabkan perbanyakan kaktus dan sukulen jenis eksotis menantang. Misalnya, tanaman memiliki fenomena biologi khusus, ukuran bunga dan organ kelamin sangat kecil dan memiliki struktur yang kompleks, benih yang dihasilkan sedikit dan kualitas perkecambahannya rendah serta bibit tanaman kaktus dan sukulen sangat rentan pada hama penyakit," urai Habib.
Perbanyakan kaktus dan sukulen, lanjutnya, bisa dilakukan secara generatif dan vegetatif. Yang tentunya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
"Yang pertama perlu diingat sebelum melakukan perbanyakan secara generatif adalah dibutuhkan pengetahuan seluk beluk pembungaan tanaman oleh pembudidaya. Karena kaktus dan sukulen, memiliki beberapa fenomena yang menarik. Antara lain, rerata kaktus dan sukulen terpisah antara tanaman jantan dan betina, satu tanaman memiliki dua kelamin tapi masa kawinnya berbeda serta ukuran bunga yang kecil atau struktur bunga yang kompleks," papar Anggota Cactus & Succulent Society of Indonesia ini.
Tantangannya tak hanya berhenti setelah selesai mengawinkan. Karena setelah berhasil mendapatkan buah sebagai benih, maka tantangan selanjutnya adalah penanganan benih.
"Misalnya ada benih yang harus didiamkan selama beberapa waktu sebelum tumbuh. Atau masalah kerentanan benih karena ukurannya yang kecil," ucapnya.
Sementara untuk perbanyakan vegetatif, untuk kaktus dan sukulen bisa dibagi menjadi stek, cangkok, pemisahan anakan dan sambung pucuk.
"Saat kita melakukan perbanyakan secara generatif beberapa kelebihannya adalah kita dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, peluang mendapatkan mutan dan individu dengan sifat baru dan memudahkan pengiriman dan transportasi," kata Habib.
Tapi sekaligus, para pembudidaya harus menghadapi kekurangannya, yaitu perlu menunggu fase tanaman berbunga, banyak tantangan dalam bentuk faktor penghambat dan sulit mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya
"Untuk perbanyakan secara vegetatif, kelebihannya adalah tidak memerlukan tanaman yang sudah masuk pada fase tertentu, berpeluang besar untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya dan sumber eksplan (red : bahan tanam) dapat bersifat apa saja," ucapnya.
Tapi tentu saja, perbanyakan vegetatif pun memiliki kekurangan.
"Kekurangannya sulit mendapatkan bahan tanam dalam jumlah banyak dan perpindahan bibit dari satu tempat dan tempat lain berkendala karena sifatnya yang rentan jika belum stabil," pungkasnya.